Monday, July 13, 2015

I tak berapa nak paham orang Malaysia ni.

Complaint gaji sikit. Tapi bila warga asing datang Malaysia, mereka boleh pula jadi kaya raya. My friend, who owns a warehouse with 3 Bangladeshi workers, pays them about RM3000 per month each. Wow, if a foreigner can earn that much, why can't you? Of course, they don't have the education, but they do have skills. And they are not too young, but in their thirties.

I asked my friend, why are they getting paid so much? My friend said it's because they work hard. They sleep at the warehouse and they make sure they finish their jobs. Sometimes, they sleep at 3am, if the demand is high. Also, they are getting commissions if the sales are increased.

So, I rase, sesuailah untuk seseorang tu gaji tinggi, tapi kerja rajin sampai larut malam. Focus hanya kerja, sebab anak bini dekat Bangladesh. Tak ada nak mengada-ngada MC sebab demam sikit-sikit.

Can you imagine how much can they save when they even sleep at their workplace?

Orang Bangladesh, orang Indonesia, mereka pun Islam juga. Tapi mulalah nak hina orang, naik LRT busuklah...Bila orang Myanmar Rohingya, tiba-tiba terima dengan hati terbuka. Dengan alasan, mereke saudara sesama Islam. Padahal, sebelum ni, marah dengan pendatang asing sebab dapat menguasai ekonomi Malaysia. Hipokrit sungguh. Habis tu, kalau orang tu bukan Islam, tak perlu dibantukah? Di manakah dakwahnya di situ?

I was in Langkawi when the Rohingya arrived. When the hotel's driver picked us up, he told us about them. The locals don't like them. Sebab jealous lah tu...Anyway, I remember feeling guilty to enjoy the holiday, but felt better when we were told that the extra buffet food from the hotel was being donated to the Rohingya (when many condemned that we didn't do anything to help them! What do you know?)

You know, I used to be that girl. I thought I should earn more, because I invested so much when I was in school. I excelled in my exams, so why must I receive the same income as those who don't? It's only fair when I worked so hard, bersusah-susah dulu, bersenang-senang kemudian. My parents always told me I needed to study so I can have a better future.

I am an overseas graduate. I didn't feel special when I come back to Malaysia. Most local grads were sceptical, and they often want to prove to you that an overseas grad is no better than them (we are not, we don't think so, but I always felt some of the local grads have inferiority issues- Sorry, I hope I don't offend anyone when I write this...).

Because of the 'resistance' I used to get, I wonder what was so special to study abroad (unless if you stayed there and migrated there)? The only consolation I tell myself is, at least I got to travel! Haha. Oh, and membawa ilmu pulang ke Malaysia...

Anyway, I aged and am more matured now, and I realized I won't get rich if I don't get into business. Islam tells us that. Setakat makan gaji, memang tak akan kaya.

Tapi, you ingat business tu mudah ke? When you run your own business, you can't simply apply for leaves, you work even when you're home, so I guess, that's fair. Kalau nak business senang-senang tu, mungkin untung tak lama.

There's no such thing as getting rich without doing all the works okay (except when you inherit your parents' wealth, or MLM)...Even models pun kena diet, exercise and stays pretty.

I am not telling the young people that your certs mean nothing. But I am telling what I will tell my children: Belajarlah kerana ilmu. Belajar kerana itu merupakan tuntutan fardhu kifayah. Tak apalah tak kaya, asalkan jadi orang berilmu. Lebih baik jadi orang yang kaya ilmu dan kaya akhlaknya, daripada orang yang kaya harta.

Kalau I nak kaya, buat apa I sambung belajar sampai dah tua-tua ni...Baik I quit my job and you know, kerja dekat private sectors ke...Kerja dengan husband I ke...

Remember, sebaik-baik manusia, adalah orang yang bermanfaat pada orang lain.

Bahagia itu kadang-kadang bukan kerana kita kaya, tapi bahagia itu bila kita dapat membahagiakan orang lain.

Spend not what you can afford, but spend less than what you can afford. Barulah you ada saving untuk hari-hari susah...

However...Haaa...Mesti ada tetapi! Janganlah terus lupakan cita-cita untuk menjadi kaya. Kita mesti kaya, supaya ekonomi kita kukuh. Bila kita kaya, kita dapat membantu ramai orang. If we take high income countries, for example, their crime rates are automatically low, health is also improved. That's why it's important to drive the nation to be a high income country.

Dan itu semua InsyaAllah dapat dicapai dengan adanya ilmu. Lagi bahaya kalau jadi kaya tanpa ilmu, last-last hutang yang bertambah.

Tapi, orang Malaysia, pantang nampak orang kaya. Bila orang kaya, mulalah ada bisikan-bisikan, baik pergi sponsor orang susah, baik pergi Mekah 30 kali, dia senang sebab makan rasuah...

Kenapa mesti dengki dengan kejayaan orang lain? Kalau I, lagilah I bangga. Jangan senang-senang tabur fitnah. Mana you tahu tentang the charity that they do?

Trust me, I have met so many poor people, who gets bantuan kebajikan and zakat, but they are still smoking. I should've just said: Baik berhenti rokok, kumpul duit sara anak...

Actually, I have a boss who would bluntly said, "Pakcik ni umpama membakar duit yang orang bagi." Kena setepek...(Tapi kadang-kadang, Pakcik pula yang marah-marah *rolls eyes*)

So, lets recap my points:

- Belajar kerana mencintai ilmu

- Mesti ada target untuk menjadi orang yang kaya, tapi janganlah gunakan alasan tahap education untuk menjadi orang kaya. Life doesn't work that way.

- Kalau orang lain boleh buat, kenapa kita tak boleh?

- Happiness is not money.

- Perbelanjaan mestilah kurang dari pendapatan. Barulah tak berlakunya zero or negative balance!

- Janganlah dengki dengan orang yang gaji mahal. You might say, tak setimpal dengan tahap pembelajaran dia. Tapi, pada I, mestilah sangat setimpal dengan usaha beliau, dengan kerajinan beliau, dengan pengalaman beliau. You nampak je, orang tu bodoh tahap SPM, tapi you tak tahu penat lelah dia yang lain. You tu penat lelah belajar je. Dia tu mungkin lebih banyak pengorbanan yang dibuat. Kalau tak, kenapa Tuhan limpahkan rezeki pada beliau. Bukankah Tuhan itu adil?

- Tapi, ada juga yang dengki tengok CEO yang kaya. You cakap, kerja dia sign je...Bukan susah pun. You tengok doktor pakar gaji RM200k sebulan, kerja check orang 5 minit je...Korang ni nak apa sebenarnya haaa? Gaji sikit pun marah, gaji banyak pun dengki...Korang tahu ke tanggungjawab yang mereka pikul? Sanggupkah korang oncall macam doktor, kerja yang melibatkan nyawa? Tahu tak CEO tu ada banyak benda lain kena buat, bukan setakat kerja sampai pukul 5, lepas tu balik rumah pergi karaoke?

- Kalau you rasa masih dianiaya di dunia ini, yakinlah dengan hari pembalasan. Anggapkan bila Tuhan tak tunaikan doa you di dunia, sebenarnya Tuhan tu simpan supaya doa kita dimakbulkan di akhirat kelak. Bukankah itu lebih baik?

- Kalau setakat belajar tak pandai, dahlah tak pandai, malas pulak tu, sampai ke tua perangai tak berubah, jangan harap Tuhan nak memperluaskan rezeki yang berkat. (Point yang empat terakhir ni, I tak bahaskan pun dalam perbincangan di atas. But I still want to include them)

1 comment:

Zubaidah Arshad said...

I have interviewed a huge number of candidates. Fresh and experienced hire. Ada yang local grads, ada yang overseas graduates. Though it is pretty unfair to generalize them, but from my observation, overseas grads are more resilient, more independent, pandai bawak diri, tak kekok, pandai bercakap (it is proved again and again and again that people who possess good communication skill will push them further in the working environment compared to those who don't but do the jobs silently), presentation skill pun OK, and the list goes on.

Local grads ada those quality, tapi susah nak dapat.

My point is, it is okay to compare yourself to others. You work hard for it. You earn it. But don't over flaunt it. No one likes show off.

Selamat Hari Raya
ZA, Perak, Malaysia